A. Definisi Kelas Sosial
Berdasarkan karakteristik Stratifikasi sosial, dapat kita temukan beberapa
pembagian kelas atau golongan dalam masyarakat. Istilah kelas memang tidak
selalu memiliki arti yang sama, walaupun pada hakekatnya mewujudkan sistem
kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Pengertian kelas sejalan dengan
pengertian lapisan tanpa harus membedakan dasar pelapisan masyarakat tersebut.
Kelas Sosial atau Golongan sosial mempunyai arti yang relatif lebih banyak
dipakai untuk menunjukkan lapisan sosial yang didasarkan atas kriteria ekonomi.Jadi,
definisi Kelas Sosial atau Golongan Sosial ialah:Sekelompok manusia yang
menempati lapisan sosial berdasarkan kriteria ekonomi.
B. Pengertian Jenjang Sosial
Jenjang sosial adalah kondisi dimana
seseorang berada pada posisi yang mencerminkan status sosialnya di masyarakat
yang memiliki tingkatan-tingkatan berdasarkan kelas sosial di masyarakat yang
sedang di raihnya. Sehingga jenjang sosial akan senantiasa berubah seiring
dengan pencapaian dan keberhasilan seseorang dalam merubah kelas sosialnya.
Contoh: Seorang anak yang kurang mampu dari desa setelah lulus sekolah kemudian
ia bekerja di jakarta, di jakarta ia sukses sehingga ia telah meningkatkan
kelas sosialnya setelah kembali kekampung halamannya.
C. FAKTOR PENENTU KELAS SOSIAL
Beberapa indikator lain yang
berpengaruh terhadap pembentukan kelas sosial, yaitu:
- Kekayaan
Untuk memahami peran uang dalam menentukan strata sosial/kelas sosial, kita
harus menyadari bahwa pada dasamya kelas sosial merupakan suatu cara hidup.
Artinya bahwa pada kelas-kelas sosial tertentu, memiliki cara hidup atau pola
hidup tertentu pula, dan untuk menopang cara hidup tersebut diperlukan biaya
dalam hal ini uang memiliki peran untuk menopang cara hidup kelas sosial
tertentu.
Sebagai contoh: dalam kelas sosial atas tentunya diperlukan banyak sekali uang
untuk dapat hidup menurut tata cara kelas sosial tersebut. Namun demikian,
jumlah uang sebanyak apa pun tidak menjamin segera mendapatkan status kelas
sosial atas. “Orang Kaya Baru” (OKB) mungkin mempunyai banyak uang, tetapi
mereka tidak otomatis memiliki atau mencerminkan cara hidup orang kelas sosial
atas. OKB yang tidak dilahirkan dan disosiaiisasikan dalam sub-kultur kelas
sosial atas, maka dapat dipastikan bahwa sekali-sekali ia akan melakukan kekeliruan,
dan kekeliruan itu akan menyingkap sikap kemampuannya yang asli. Untuk memasuki
suatu status baru, maka dituntut untuk memiliki sikap, perasaan, dan reaksi
yang merupakan kebiasaan orang status yang akan dituju, dan hal ini diperlukan
waktu yang tidak singkat.
Uang juga memiliki makna halus lainnya. Penghasilan yang diperoleh dari
pekerjaan profesional lebih memiliki prestise daripada penghasilan yang berujud
upah dari pekerjaan kasar. Uang yang diperoleh dari pekerjaan halal lebih
memiliki prestise daripada uang hasil perjudian atau korupsi. Dengan demikian,
sumber dan jenis penghasilan seseorang memberi gambaran tentang latar belakang
keluarga dan kemungkinan cara hidupnya.
Jadi, uang memang merupakan determinan kelas sosial yang penting; hal tersebut
sebagian disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran tentang latar
belakang keluarga dan cara hidup seseorang.
- Pekerjaan
Dengan semakin beragamnya pekerjaan yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis
pekerjaan tertentu, kita secara sadar atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan
tertentu lebih terhormat daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita
lihat pada masyarakat Cina klasik, dimana mereka lebih menghormati ilmuwan dan
memandang rendah serdadu; Sedangkan orang-orang Nazi Jerman bersikap
sebaliknya.
Mengapa suatu jenis pekerjaan harus memiliki prestise yang lebih tinggi
daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini merupakan masalah yang sudah lama
menarik perhatian para ahli ilmu sosial. Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise
tinggi pada umumnya memberi penghasilan yang lebih tinggi; meskipun demikian
terdapat banyak pengecualian (?). Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi
pada umumnya memerlukan pendidikan tinggi, meskipun korelasinya masih jauh dari
sempuma. Demikian halnya pentingnya peran suatu jenis pekerjaan bukanlah
kriteria yang memuaskan sebagai faktor determinan strata sosial, Karena
bagaimana mungkin kita bisa mengatakan bahwa pekerjaan seorang petani atau polisi
kurang berharga bagi masyarakat daripada pekerjaan seorang penasihat hukum atau
ahli ekonomi ? Sebenarnya, pemungut sampah yang jenjang prestisenya rendah
itulah yang mungkin merupakan pekerja yang memiliki peran penting dari semua
pekerja dalam peradaban kota! Pekerjaan merupakan aspek strata sosial yang
penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan
pekerjaan. Apabila kita mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa
menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, pertemanannya, jam kerja,
dan kebiasaan sehari-hari keluarga orang tersebut. Kita bahkan bisa menduga
selera bacaan, selera rekreasi, standar moral, dan bahkan orientasi
keagamaannya. Dengan kata lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara
hidup yang sangat berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya.
Keseluruhan cara hidup seseoranglah yang pada akhimya menentukan pada strata
sosial mana orang itu digolongkan. Pekerjaan merupakan salah satu indikator
terbaik untuk mengetahui cara hidup seseorang. Oleh karena itu, pekerjaan-pun
merupakan indikator terbaik untuk mengetahui strata sosial seseorang.
- Pendidikan
Kelas sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua
hal. Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis
dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan
tidak hanya sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan
perubahan mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara – perubahan
dalam keseluruhan cara hidup seseorang.
Dalam beberapa hal, pendidikan malah lebih penting daripada pekerjaan. De
Fronzo (1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi dan perilaku sosial para
pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan kantor. Namun demikian,
perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana tingkat pendidikan mereka
sebanding.
D. Pengukuran Kelas Sosial
Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai
kategori yang luas, meliputi ukuran subyektif, ukuran reputasi, ukuran obyektif
dari kelas sosial.
- Ukuran Subyektif
Untuk
mengukur kelas sosial dengan pendekatan ini, para individu diminta untuk
menaksir kedudukan kelas sosial mereka masing-masing. Klasifikasi keanggotaan
kelas sosial yang dihasilkan didasarkan pada persepsi partisipan terhadap
dirinya atau citra diri partisipan. Kelas sosial dianggap sebagai fenomena
“pribadi” yaitu fenomena yang menggambarkan rasa memiliki seseorang atau
identifikasi dengan orang lain. Rasa keanggotaan kelompok sosial ini sering
disebut kesadaran sosial.
- Ukuran Reputasi
Pendekatan reputasi untuk mengukur
kelas sosial memerlukan informan mengenai masyarakat yang dipilih untuk membuat
pertimbangan awal mengenai keanggotaan kelas sosial orang lain dalam
masyarakat.
- Ukuran Obyektif
Ukuran
obyektif terdiri dari berbagai variabel demografis atau sosioekonomis yang
dipilih mengenai individu yang sedang dipelajari. Ukuran obyektif kelas sosial
terbagi menjadi dua kategori pokok yaitu indeks variabel tunggal dan indeks
variabel gabungan.
E. Apakah Kelas Sosial Berubah?
Kelas sosial yang dimiliki oleh seseorang merupakan hasil kerja keras, dengan
kerja keras tentu kelas sosial akan meningat, namun untuk mempertahankannya pun
butuh perjuangan, bila tidak, maka kelas sosial yang sebelumnya dimiliki, akan
mengalami penurunan. Kelas sosial senantiasa akan berubah seiring dengan
prestasi seseorang dimasyarakat, untuk itu agar kelas sosial seseorang selalu
terjaga, maka ia perlu menjaganya dengan usaha yang keras.
- Pemasaran pada Segmen Pasar Berdasarkan Kelas Sosial
Untuk mencapai hasil pemasaran yang optimal, kita pertama kali harus terlebih
dahulu melakukan segmentasi pasar atas produk yang akan kita jual. Segmentasi
pasar pada intinya membagi potensi pasar menjadi bagian-bagian tertentu; bisa
berdasar pembagian demografis, berdasar kelas ekonomi dan pendidikan ataupun
juga berdasar gaya hidup (psikografis).
Pembagian segmen yang paling lazim dilakukan adalah berdasar kelas sosial
ekonomi. Sebagai misal, pembagian yang sering dilakukan adalah membagi lapisan
pasar menjadi empat kelas : misal kelas C (kelas ekonomi rendah), kelas B
(menengah), dan kelas AB (menengah atas) dan kelas A (golongan atas).
Sebagai misal, produk kartu ponsel Esia yang murah meriah cenderung ditujukan
untuk golongan B dan golongan C. Sementara produk mobil mewah seperti BMW atau
produk tas Gucci ditujukan untuk segmen kelas atas.
Setelah segmentasi atas produk telah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah
melakukan targeting atau membidik target market yang telah kita pilih dalam
analisa segmentasi pasar. Dalam hal ini tentu saja serangkaian program
pemasaran yang dilakukan harus pas dengan karakteristik pasar sasaran yang
hendak kita tuju. Sebagai misal produk-produk tas dan sepatu mewah seperti
dengan merk Gucci atau Louis Vuitton, maka mereka selalu memilih mal kelas atas
seperti Plaza Senayan dan Pacific Place untuk membuka outletnya; dan bukan di
mal kelas menengah seperti Plaza Jatinegara. Hal diatas dilakukan agar kegiatan
promosi peasaran yang dilakukan pas dan tepat sasaran dengan segmen pasar yang
ditujunya.
Selain targeting, maka langkah berikutnya adalah melakukan positioning produk.
Langkah ini artinya adalah menciptpakan keunikan posisi produk dalam benak atau
persepsi pelanggan potensial yang akan dibidik. Mobil mewah BMW selalu
mencitrakan dan memposisikan dirinya sebagai kendaraan mewah nan elegan. Pada
sisi lain Esia selalu mencoba memposisikan dirinya sebegai produk rakyat
kebanyakan yang murah dan tersedia dimana-mana.
Positioning yang pas ini menjadi sangat penting, sebab dengan begitu mereka
bisa meraih simpati dalam benak pelanggan. Dan selanjutnya hal ini bisa
mendorong mereka untuk melakukan pembelian produk yang ditawarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar